Kamis, 29 Desember 2016

R E L A




Bagaimana bisa mencintai seseorang yang jauh darimu? Bukan karena jarak melainkan dia tak pernah menatapmu. Bahkan hanya seseorang yang sampai saat ini di hatinya.

Malam itu bulan cukup indah. Begitu pula saat aku berada di tempat ini untuk dipertemukan dengan dia. Takdir berkata bahwa malam ini rerantingan itu tidak akan patah. Satu pesan masuk di Hp ku. Tanpa ku ketahui darimana pesan itu hadir. Mungkin ini petunjuk untuk menemukan cintaku. Terselip sebuah nomor seseorang. Tiada pikiran lain di dalam hati ku saat itu melainkan ingin tau siapa dirinya. Namanya Dimas. Nama yang cukup indah. Kata-kata yang menghadirkan sebuah ketenangan di hatiku. Meskipun saat itu aku tak pernah tau tentang dia. Hari berlalu begitu cepat. Hingga tanpa kusadari ku pun terbuai dalam aroma kasmarannya. 

“Hai Tari :) Lagi apa?” begitulah pesan yang masuk ke nomor ku tiap hari. Dimas setia menghadirkan tawa yang meskipun hanya bisa ku nikmati melalui sebuah tulisan. Hingga pada suatu hari aku merasa ada yang berbeda diantara kita. Kita? Sejujurnya aku merasa ingin memilikinya. Yakin bahwa dia adalah jawaban atas semua kesakitan ini. Tiga hari berlalu dan dia menghubungi ku “Maaf baru balas. Lagi apa?’’, “Lagi bingung kamu darimana aja?’’ jawab ku. “Aku abis liburan sama pacarku. Disana gaada sinyal jadi gabisa hubungimu. Maapkan aku ya ri” begitulah kata-kata yang membuat ku hampir bertemu dengan malaikat maut. Sangat menyakitkan. Setelah sekian lama aku menikmati kata-kata manis darinya dan kini ku tau bahwa tidak semua kebahagian hadir disaat kita tertawa. Rasa sakit ini cukup tangguh untuk aku hadapi seorang diri.

Semenjak saat itu hubunganku dengan Dimas tidak sebaik yang dulu. Ntah mungkin karena keegoisan diriku aku pun memutuskan untuk tetap menghubunginya. Walaupun aku tau itu adalah hina. Mencintai seseorang yang telah termiliki. Mencintai seseorang yang bahkan tak pernah melihatmu. Dimas pun selalu menghadapi ku dengan senyuman. Kadang aku merasa baik-baik saja dengan kondisi ini. Selalu menyampingkan kenyataan bahwa orang yang selalu menemaniku adalah kekasih orang lain.

Rela? Kata orang itu namanya rela. Rela untuk menerima kenyataan ini. Tidak. Aku tidak akan meninggalkan dimas. Walaupun dimas akan meninggalkan ku. Akan ada saatnya aku bisa bahagia selamanya. Saat itu adalah sekarang. Kini ku bisa tersenyum melihat dimas tersenyum dengan seseorang yang sangat disayanginya. Walaupun itu bukan aku. Kini ku bisa rela. Mungkin kalian bertanya kenapa aku bisa merelakannya. Ini adalah karena aku tidak akan merasakan sakit lagi di dunia. Kini aku bisa bahagia di surga. Kini banyak dimas untukku dan tidak akan meninggalkan ku. Dimas, terima kasih kau telah menghiasi hari-hari terakhirku. Walaupun kau tak penah menatapku. Walaupun kita tak pernah saling melihat. Namun tulisan jemari mu yang sangat indah itu membuat aku selalu jatuh cinta.

-Selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar