"Mana
ada rindu yang tak tertuan. Cukup sekali menahan, berkali-kali meluap. Sungguh
lucu bila tawa itu juga tak tertuan, ibarat kiasan dalam sebuah puisi. Tiada
arti atas dasar memiliki".
Aku
menapakkan kaki pada sebuah lorong tak terujung
Sempat
menolak atas dasar sebuah kepentingan
Pikiran
yang tak berdasar mampu mengantarkan ku
Dengan
rasa yang tak tertahan, aku tergoyah
Cumbu
rayu itu sangat mesra
Tak
tahan raga ingin memeluk
Aku
lupa bahwa angan itu terlalu suntuk
Resah
sangatlah resah
Tatapan
yang tak tergoyah
Aku
mengira kau rumah
Tapi
harapan itu musnah
Sungguh,
keresahan rindu.
Atas
nama mu, aku merindu.
-Pontianak, Hari aku melihat matamu dalam mimpi.-